INW: Indonesia pasar menggoda sindikat narkoba internasional

masih lemahnya sistem pengamanan yang sudah ada

Jakarta (ANTARA) – Indonesia Narcotic Watch (INW) menyebut Indonesia adalah negara tujuan utama penyelundup narkoba jenis sabu dan ekstasi internasional.

“Ini karena jumlah pemadat narkoba jenis sabu dan ekstasi di Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat. Selain itu harga jual kedua jenis narkoba tersebut di Indonesia sangat tinggi,” kata Direktur INW Budi Tanjung dalam keterangan tertulis, di Jakarta, Senin.

Dalam keterangannya, budi menyebut harga pasaran gelap narkoba jenis sabu mencapai Rp1,5 juta per gram dan yang lebih miris lagi, menurut pengakuan para tersangka narkoba, hukum di Indonesia terhadap para pelaku narkoba sangat ringan dan mudah diatur.

Budi mengatakan sabu-sabu itu tak hanya berasal dari negara-negara yang disebut sebagai The Golden Triangle atau segitiga emas penyelundupan narkoba, seperti Thailand, Laos, Kamboja dan Myanmar.

Jaringan narkoba asal Timur Tengah juga banyak menguasai pasar gelap narkoba di kawasan Asia Tenggara, khususnya Indonesia.

Baca juga: Kapolri: Sindikat Timur Tengah akan edarkan 1,129 ton sabu di Jakarta

Jaringan narkoba Iran sebenarnya telah terendus di Indonesia sejak lama. Berdasarkan data Direktorat Reserse Narkoba Bareskrim Polri, sindikat narkoba dari negara Timur Tengah itu mulai beroperasi di Indonesia sejak 2009-Mei 2021.

Para penyelundup narkoba sabu Timur Tengah asal Iran ini menggunakan cara, melalui jalur laut.

Dengan strategi “ship-to-ship”, dari kapal ke kapal di tengah lautan. Kapal yang membawa narkoba langsung dari Timur Tengah melalui Samudera Hindia dan tujuannya ke Aceh dan ke beberapa wilayah di Pulau Sumatera dengan melewati jalur-jalur “tikus”.

Dari Aceh barang haram ini pada umumnya dibawa oleh kurir Indonesia ke Pulau Jawa melalui jalan darat, dengan sistem sel terputus.

Jenis narkoba selain sabu yang cukup marak di Indonesia, adalah pil ekstasi atau lebih dikenal dengan sebutan inex.

Baca juga: INW desak Polri usut bandar penjual narkoba kepada artis

Peredaran inex di Jakarta dan kota besar lainnya di Indonesia, umumnya terjadi di tempat hiburan malam.

Dari hasil investigasi INW baru-baru ini, harga sebutir inex mencapai Rp500 ribu hingga Rp650 ribu.

Senin ini Kapolri Jenderal Polisi Listyo Sigit merilis keberhasilan Polda Metro Jaya mengungkap penyelundupan narkoba jenis sabu jaringan sindikat Timur Tengah dengan barang bukti seberat 1,1 ton.

Dari sisi jumlah barang bukti yang berhasil disita kali ini, INW mengapresiasi pimpinan Polda Metro Jaya beserta anggota yang bekerja keras di lapangan.

Namun di sisi lain, INW merasa sangat prihatin mengapa barang haram sebanyak itu masih bisa lolos masuk ke Indonesia.

Baca juga: BNNP Jatim gagalkan peredaran 1,6 kilogram sabu jaringan Ibu Kota

“Ini membuktikan bahwa masih lemahnya sistem pengamanan yang sudah ada. Bisa juga karena masih ada oknum-oknum yang berani bekerja sama dengan para sindikat untuk memudahkan proses masuknya barang haram ini ke Indonesia,” ujarnya.

Di samping itu, masih lemahnya penegakan hukum di Indobesia sehingga menjadi salah satu dari sekian banyak alasan bagi sindikat narkoba memilih Indonesia sebagai pasar paling potensial.

Oleh sebab itu, INW kembali mengingatkan aparat penegak hukum jangan ada lagi yang berkompromi dengan pelaku kejahatan narkoba.

INW mendesak agar Kapolri dan pimpinan lembaga penegak hukum lainnya, untuk lebih serius dan lebih tegas kepada oknum aparatnya yang terlibat dalam kejahatan narkoba maupun yang terlibat dalam praktek kongkalikong proses hukumnya.

Langkah Kapolri Jenderal Listiyo Sigit Prabowo untuk membentuk Kampung Tangguh Narkoba (KTN) di seluruh jajaran Polda se-Indonesia, merupakan langkah yang sangat tepat dan strategis dalam upaya pencegahan peredaran narkoba sejak dini.

Baca juga: Polisi ungkap pesta narkoba di Puncak berkedok “family gathering”

INW menilai bahwa instruksi Kapolri ke seluruh jajarannya untuk membangun KTN, adalah sebuah sinyal kuat pertanda bahwa seluruh wilayah Indonesia sudah dalam kondisi sangat-sangat darurat narkoba.

Oleh karenanya seluruh pemangku kepentingan, tokoh masyarakat, para orang tua dan kalangan media harus memiliki komitmen yang kuat untuk lebih serius berperang melawan narkoba.

Pewarta: Fianda Sjofjan Rassat
Editor: Edy Sujatmiko
COPYRIGHT © ANTARA 2021

Terkini

PPRS: Usaha Kerajaan Bantu Rakyat Keluar Dari Kemiskinan – Mohd Razlan

Pilihan raya Australia: Anthony Albanese fokus pada Isu Kos Sara Hidup dan Kesejahteraan RakyatDraft

Kemenangan Besar PAP, Menguntungkan Kerjasama Ekonomi Malaysia-Singapura

Laluan baharu ICQS Bukit Kayu Hitam-CIQ Sadao siap lebih awal

Mahathir menyesali permusuhan dan perseteruan politik dengan Anwar – sama je dua orang ni, dendam tak sudah

UEM Edgenta meterai kontrak sediakan perkhidmatan sokongan hospital bernilai S$220 juta

Tolong lah subscribe - klik butang dibawah

 

INW: Indonesia pasar menggoda sindikat narkoba internasional

masih lemahnya sistem pengamanan yang sudah ada

Jakarta (ANTARA) – Indonesia Narcotic Watch (INW) menyebut Indonesia adalah negara tujuan utama penyelundup narkoba jenis sabu dan ekstasi internasional.

“Ini karena jumlah pemadat narkoba jenis sabu dan ekstasi di Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat. Selain itu harga jual kedua jenis narkoba tersebut di Indonesia sangat tinggi,” kata Direktur INW Budi Tanjung dalam keterangan tertulis, di Jakarta, Senin.

Dalam keterangannya, budi menyebut harga pasaran gelap narkoba jenis sabu mencapai Rp1,5 juta per gram dan yang lebih miris lagi, menurut pengakuan para tersangka narkoba, hukum di Indonesia terhadap para pelaku narkoba sangat ringan dan mudah diatur.

Budi mengatakan sabu-sabu itu tak hanya berasal dari negara-negara yang disebut sebagai The Golden Triangle atau segitiga emas penyelundupan narkoba, seperti Thailand, Laos, Kamboja dan Myanmar.

Jaringan narkoba asal Timur Tengah juga banyak menguasai pasar gelap narkoba di kawasan Asia Tenggara, khususnya Indonesia.

Baca juga: Kapolri: Sindikat Timur Tengah akan edarkan 1,129 ton sabu di Jakarta

Jaringan narkoba Iran sebenarnya telah terendus di Indonesia sejak lama. Berdasarkan data Direktorat Reserse Narkoba Bareskrim Polri, sindikat narkoba dari negara Timur Tengah itu mulai beroperasi di Indonesia sejak 2009-Mei 2021.

Para penyelundup narkoba sabu Timur Tengah asal Iran ini menggunakan cara, melalui jalur laut.

Dengan strategi “ship-to-ship”, dari kapal ke kapal di tengah lautan. Kapal yang membawa narkoba langsung dari Timur Tengah melalui Samudera Hindia dan tujuannya ke Aceh dan ke beberapa wilayah di Pulau Sumatera dengan melewati jalur-jalur “tikus”.

Dari Aceh barang haram ini pada umumnya dibawa oleh kurir Indonesia ke Pulau Jawa melalui jalan darat, dengan sistem sel terputus.

Jenis narkoba selain sabu yang cukup marak di Indonesia, adalah pil ekstasi atau lebih dikenal dengan sebutan inex.

Baca juga: INW desak Polri usut bandar penjual narkoba kepada artis

Peredaran inex di Jakarta dan kota besar lainnya di Indonesia, umumnya terjadi di tempat hiburan malam.

Dari hasil investigasi INW baru-baru ini, harga sebutir inex mencapai Rp500 ribu hingga Rp650 ribu.

Senin ini Kapolri Jenderal Polisi Listyo Sigit merilis keberhasilan Polda Metro Jaya mengungkap penyelundupan narkoba jenis sabu jaringan sindikat Timur Tengah dengan barang bukti seberat 1,1 ton.

Dari sisi jumlah barang bukti yang berhasil disita kali ini, INW mengapresiasi pimpinan Polda Metro Jaya beserta anggota yang bekerja keras di lapangan.

Namun di sisi lain, INW merasa sangat prihatin mengapa barang haram sebanyak itu masih bisa lolos masuk ke Indonesia.

Baca juga: BNNP Jatim gagalkan peredaran 1,6 kilogram sabu jaringan Ibu Kota

“Ini membuktikan bahwa masih lemahnya sistem pengamanan yang sudah ada. Bisa juga karena masih ada oknum-oknum yang berani bekerja sama dengan para sindikat untuk memudahkan proses masuknya barang haram ini ke Indonesia,” ujarnya.

Di samping itu, masih lemahnya penegakan hukum di Indobesia sehingga menjadi salah satu dari sekian banyak alasan bagi sindikat narkoba memilih Indonesia sebagai pasar paling potensial.

Oleh sebab itu, INW kembali mengingatkan aparat penegak hukum jangan ada lagi yang berkompromi dengan pelaku kejahatan narkoba.

INW mendesak agar Kapolri dan pimpinan lembaga penegak hukum lainnya, untuk lebih serius dan lebih tegas kepada oknum aparatnya yang terlibat dalam kejahatan narkoba maupun yang terlibat dalam praktek kongkalikong proses hukumnya.

Langkah Kapolri Jenderal Listiyo Sigit Prabowo untuk membentuk Kampung Tangguh Narkoba (KTN) di seluruh jajaran Polda se-Indonesia, merupakan langkah yang sangat tepat dan strategis dalam upaya pencegahan peredaran narkoba sejak dini.

Baca juga: Polisi ungkap pesta narkoba di Puncak berkedok “family gathering”

INW menilai bahwa instruksi Kapolri ke seluruh jajarannya untuk membangun KTN, adalah sebuah sinyal kuat pertanda bahwa seluruh wilayah Indonesia sudah dalam kondisi sangat-sangat darurat narkoba.

Oleh karenanya seluruh pemangku kepentingan, tokoh masyarakat, para orang tua dan kalangan media harus memiliki komitmen yang kuat untuk lebih serius berperang melawan narkoba.

Pewarta: Fianda Sjofjan Rassat
Editor: Edy Sujatmiko
COPYRIGHT © ANTARA 2021

# Tag

Berkaitan

Mahathir menyesali permusuhan dan perseteruan politik dengan Anwar – sama je dua orang ni, dendam tak sudah

UEM Edgenta meterai kontrak sediakan perkhidmatan sokongan hospital bernilai S$220 juta

Penggodam Ceroboh Bursa Malaysia: Bina Puri Holdings, Pos Malaysia terjejas teruk

PAS uses UMDAP to attack UMNO

Kumpulan Pemisah serang kereta polis di Songkhla, seorang maut

Popular

[Video] Apa motif Mahathir & Guan Eng buat pinjaman Bon Samurai sedangkan ekonomi negara disahkan kukuh?

Kos pengeluaran arang batu turun, tarif elektrik dijangka lebih rendah

PROTON terus catat jualan memberangsangkan

Covid-19: Masa sesuai kaji semula dasar pelaburan negara

China akan beli 1.7 juta tan minyak sawit Malaysia sehingga 2023

Terkini

PPRS: Usaha Kerajaan Bantu Rakyat Keluar Dari Kemiskinan – Mohd Razlan

Pilihan raya Australia: Anthony Albanese fokus pada Isu Kos Sara Hidup dan Kesejahteraan RakyatDraft

Kemenangan Besar PAP, Menguntungkan Kerjasama Ekonomi Malaysia-Singapura

Laluan baharu ICQS Bukit Kayu Hitam-CIQ Sadao siap lebih awal

Mahathir menyesali permusuhan dan perseteruan politik dengan Anwar – sama je dua orang ni, dendam tak sudah

UEM Edgenta meterai kontrak sediakan perkhidmatan sokongan hospital bernilai S$220 juta

Analisis PRK DUN Ayer Kuning: Pengundi lebih cenderung memilih calon yang menjuarai isu tempatan

PRK DUN Ayer Kuning: Pengundi muda kembali sokong BN

Tolong lah subscribe - klik butang dibawah

 

INW: Indonesia pasar menggoda sindikat narkoba internasional

masih lemahnya sistem pengamanan yang sudah ada

Jakarta (ANTARA) – Indonesia Narcotic Watch (INW) menyebut Indonesia adalah negara tujuan utama penyelundup narkoba jenis sabu dan ekstasi internasional.

“Ini karena jumlah pemadat narkoba jenis sabu dan ekstasi di Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat. Selain itu harga jual kedua jenis narkoba tersebut di Indonesia sangat tinggi,” kata Direktur INW Budi Tanjung dalam keterangan tertulis, di Jakarta, Senin.

Dalam keterangannya, budi menyebut harga pasaran gelap narkoba jenis sabu mencapai Rp1,5 juta per gram dan yang lebih miris lagi, menurut pengakuan para tersangka narkoba, hukum di Indonesia terhadap para pelaku narkoba sangat ringan dan mudah diatur.

Budi mengatakan sabu-sabu itu tak hanya berasal dari negara-negara yang disebut sebagai The Golden Triangle atau segitiga emas penyelundupan narkoba, seperti Thailand, Laos, Kamboja dan Myanmar.

Jaringan narkoba asal Timur Tengah juga banyak menguasai pasar gelap narkoba di kawasan Asia Tenggara, khususnya Indonesia.

Baca juga: Kapolri: Sindikat Timur Tengah akan edarkan 1,129 ton sabu di Jakarta

Jaringan narkoba Iran sebenarnya telah terendus di Indonesia sejak lama. Berdasarkan data Direktorat Reserse Narkoba Bareskrim Polri, sindikat narkoba dari negara Timur Tengah itu mulai beroperasi di Indonesia sejak 2009-Mei 2021.

Para penyelundup narkoba sabu Timur Tengah asal Iran ini menggunakan cara, melalui jalur laut.

Dengan strategi “ship-to-ship”, dari kapal ke kapal di tengah lautan. Kapal yang membawa narkoba langsung dari Timur Tengah melalui Samudera Hindia dan tujuannya ke Aceh dan ke beberapa wilayah di Pulau Sumatera dengan melewati jalur-jalur “tikus”.

Dari Aceh barang haram ini pada umumnya dibawa oleh kurir Indonesia ke Pulau Jawa melalui jalan darat, dengan sistem sel terputus.

Jenis narkoba selain sabu yang cukup marak di Indonesia, adalah pil ekstasi atau lebih dikenal dengan sebutan inex.

Baca juga: INW desak Polri usut bandar penjual narkoba kepada artis

Peredaran inex di Jakarta dan kota besar lainnya di Indonesia, umumnya terjadi di tempat hiburan malam.

Dari hasil investigasi INW baru-baru ini, harga sebutir inex mencapai Rp500 ribu hingga Rp650 ribu.

Senin ini Kapolri Jenderal Polisi Listyo Sigit merilis keberhasilan Polda Metro Jaya mengungkap penyelundupan narkoba jenis sabu jaringan sindikat Timur Tengah dengan barang bukti seberat 1,1 ton.

Dari sisi jumlah barang bukti yang berhasil disita kali ini, INW mengapresiasi pimpinan Polda Metro Jaya beserta anggota yang bekerja keras di lapangan.

Namun di sisi lain, INW merasa sangat prihatin mengapa barang haram sebanyak itu masih bisa lolos masuk ke Indonesia.

Baca juga: BNNP Jatim gagalkan peredaran 1,6 kilogram sabu jaringan Ibu Kota

“Ini membuktikan bahwa masih lemahnya sistem pengamanan yang sudah ada. Bisa juga karena masih ada oknum-oknum yang berani bekerja sama dengan para sindikat untuk memudahkan proses masuknya barang haram ini ke Indonesia,” ujarnya.

Di samping itu, masih lemahnya penegakan hukum di Indobesia sehingga menjadi salah satu dari sekian banyak alasan bagi sindikat narkoba memilih Indonesia sebagai pasar paling potensial.

Oleh sebab itu, INW kembali mengingatkan aparat penegak hukum jangan ada lagi yang berkompromi dengan pelaku kejahatan narkoba.

INW mendesak agar Kapolri dan pimpinan lembaga penegak hukum lainnya, untuk lebih serius dan lebih tegas kepada oknum aparatnya yang terlibat dalam kejahatan narkoba maupun yang terlibat dalam praktek kongkalikong proses hukumnya.

Langkah Kapolri Jenderal Listiyo Sigit Prabowo untuk membentuk Kampung Tangguh Narkoba (KTN) di seluruh jajaran Polda se-Indonesia, merupakan langkah yang sangat tepat dan strategis dalam upaya pencegahan peredaran narkoba sejak dini.

Baca juga: Polisi ungkap pesta narkoba di Puncak berkedok “family gathering”

INW menilai bahwa instruksi Kapolri ke seluruh jajarannya untuk membangun KTN, adalah sebuah sinyal kuat pertanda bahwa seluruh wilayah Indonesia sudah dalam kondisi sangat-sangat darurat narkoba.

Oleh karenanya seluruh pemangku kepentingan, tokoh masyarakat, para orang tua dan kalangan media harus memiliki komitmen yang kuat untuk lebih serius berperang melawan narkoba.

Pewarta: Fianda Sjofjan Rassat
Editor: Edy Sujatmiko
COPYRIGHT © ANTARA 2021

Terkini

PPRS: Usaha Kerajaan Bantu Rakyat Keluar Dari Kemiskinan – Mohd Razlan

Pilihan raya Australia: Anthony Albanese fokus pada Isu Kos Sara Hidup dan Kesejahteraan RakyatDraft

Kemenangan Besar PAP, Menguntungkan Kerjasama Ekonomi Malaysia-Singapura

Laluan baharu ICQS Bukit Kayu Hitam-CIQ Sadao siap lebih awal

Mahathir menyesali permusuhan dan perseteruan politik dengan Anwar – sama je dua orang ni, dendam tak sudah

UEM Edgenta meterai kontrak sediakan perkhidmatan sokongan hospital bernilai S$220 juta

Tolong lah subscribe - klik butang dibawah

 
Tolong lah subscribe - klik butang dibawah